Konflik yang sering muncul dan kuat akan memberi dampak positif atau negatif terhadap prilaku anggota organisasi, termasuk komunitas pesantren. Beberapa dampak tersebut antara lain bersifat psikologis, misalnya sikap-sikap menarik diri dari komunitas pesantren dalam bentuk alienasi, apatis dan indeferensi. Bentuk-bentuk ini bersifat umum yang sering mempengaruhi fungsionalisasi organisasi pendidikan. Ada pula penarikan diri secara fisik, misalnya ditunjukkan oleh sikap-sikap tidak aktif, bolos, terlambat dan keluar dari organisasi (pesantren) sebagai respon terhadap konflik yang tidak tertangani secara baik. Dalam beberapa kasus kita dapati sebuah pesantren yang besar dengan fasilitas yang memadai dengan jumlah santri yang banyak berubah menjadi pesantren yang tidak menarik, ditinggalkan sebagian besar santrinya, dan bahkan dijauhi oleh masyarakat. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri sebagai akibat terabaikannya pengelolaan konflik di dalamnya.
Di samping menimbulkan dampak negatif, konflik sering menyebabkan seseorang berusaha untuk meningkatkan diri dan mencari cara berprestasi paling efektif, sehingga hal ini akan meningkatkan fungsionalisasi organisasi. Di antara dampak positif dari konlik ini antara lain tumbuhnya kesadaran untuk menyatu, bekerjasama dan bersaing secara sehat, memecahkan masalah secara tepat dan demokratis.
Atas dasar fenomena di atas, dunia pesantren salafiah hendaknya mulai terbuka untuk menerima adanya konflik, tentu harus dikelola sebaik mungkin agar memperoleh keuntungan-keuntungan bagi komunitas pesatren secara keseluruhan (Kyai, santri, ustadz, dan wali santri). Deutsch (1973) menjelaskan bahwa konflik di dalam suatu kelompok bernilai positif untuk menghidupkan norma-norma yang sudah ada atau memunculkan norma-norma baru yang disepakati. Sebagai system terbuka, pesantren memiliki peluang besar untuk gagasan-gagasan pembaharuan (tajdied) yang berawal dari serangkaian konflik. Oleh karena itu, menjadi harapan bahwa para pengasuh pesantren salafiah berusaha untuk membelajarkan para ustadz dan santri menghadapi konflik.
Diambil Dari buku Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global
oleh : Prof. Dr. H. Moh. Khusnuridlo, MPd
Jumat, 21 Mei 2010
di
22.39
Diposting oleh
Akhmad Rifqi Azis
Archivado en: